“I am a planner. I plan because planning means you will be prepared. But this part right here, I did not plan. The part where I lost all my immediate family members within the span of 7 years.”
Kehilangan empat orang anggota keluarga untuk selamanya secara berturut-turut dalam rentang waktu tujuh tahun tentu tidak pernah terbayangkan akan hadir dan menjadi bagian dari hidup seorang Nirasha Darusman.
Kepergian Tara—sang adik—pada September 2007 menjadi awal kehilangan Nira dan meninggalkan ruang kosong di lubuk hatinya yang terdalam. Beberapa hari sebelum berpulang, Nira—atas permintaan keluarganya—mengambil keputusan yang cukup berat, yakni melepaskan alat bantu pernafasan Tara.
Dua tahun setelah kepergian Tara, tepatnya 20 April 2009, keluarga besar Nira kembali berduka. Secara tiba-tiba, Nira mendapat kabar bahwa sang ayah sudah berpulang. Padalah saat itu, Nira beserta keluarga kecilnya hendak berkunjung ke rumah sang ayah. Namun, kenyataan berkata lain. Tawa ceria yang biasa menyambut kedatangan Nira, malah berganti dengan duka yang teramat dalam.
Tahun 2013, Nira kembali dihantam cobaan kehilangan. Yura, kakaknya, harus menghadap sang Khalik karena Leukimia yang dideritanya. Baik teman maupun keluarga, tidak ada yang tahu sebelumnya bahwa Yura mengidap penyakit mematikan itu. Kata maaf dan terima kasih menjadi komunikasi termanis yang Yura sampaikan kepada Nira di akhir hidupnya.
BACA JUGA: Nirasha Darusman rilis buku “Lost and Found”
Belum hilang rasa berdukanya, lagi-lagi, satu anggota keluarga Nira harus berpulang. Sang ibu harus pergi meninggalkan Nira untuk selamanya setahun setelah sang kakak berpulang. Entah bagaimana melukiskan perasaan Nira saat itu, namun yang pasti hidup ini tak lagi sama baginya.
Ada saat dimana Nira menyalahkan dan marah dengan keadaan. Ada pula saat Nira secara tiba-tiba menangis tersedu-sedu, bahkan tanpa sebab pasti. Lalu, ada kalanya semangat untuk bangkit dalam diri Nira hadir, tetapi ia masih tetap merasakan kesedihan dan kesepian yang mendalam di relung hatinya.
Emosi dan mood yang mudah berganti sering kali Nira rasakan. Belum lagi kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya biasa saja. Hal-hal itu membuat Nira harus melakukan sesi konsultasi dengan seorang psikolog.
Diagnosa depresi ringan yang diberikan oleh Psikolog membuatnya sadar bahwa ia harus berusaha sekuat tenaga untuk sembuh dari luka batin yang ia alami. Semenjak itu, menjadi waktu yang sangat berarti besar dalam hidunya. Banyak langkah besar yang ia ambil untuk menata kembali masa depan. Dan usahanya tidak sia-sia. Nira akhirnya bisa berdamai dengan duka yang selama ini dirasakannya.
Bagaimana ia melewati semua itu? Baca lebih dalam di buku Lost and Found. Sebuah kisah nyata yang ditulis dengan begitu sederhana dan menyentuh.
Untuk kalian yang sedang berduka, melewati fase yang sama, atau sedang berjuang menemani seseorang yang sedang berduka, buku ini akan sangat bermakna dan menjadi teman mengarungi duka.
Karena duka bisa datang kapan saja, tanpa diduga.
@kawanpustaka Let’s talk about grief #bukulostandfound #foryoupage #fyp #penerbitbuku #semuaharustau #bacabuku #fypシ ♬ original sound – Penerbit Kawan Pustaka