Musik, lagu, dan senandung adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak masih dalam bualan sampai akhir hayat, secara universal di hampir segala lapisan sosial dan berbagai kehidupan, musik hadir dan disukai manusia secara kodrati. Oleh sebab itu, pendidikan musik merupakan salah satu aspek dari pendidikan pada umumnya dan kesenian pada khususnya, yang dapat menjadi sarana untuk membentuk pribadi anak didik melalui penanaman dan peresapan terhadap rasa indah dan peka, sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan kreatif.
Ketika buku pelajaran recorder pertama kali muncul, sangat sedikit orang yang mengenalnya, dan hampir setengah abad yang lalu, tidak banyak sekolah di seluruh dunia yang memiliki grup atau kelas pemain recorder. Namun, kini ribuan murid memainkan recorder di sekolah mereka.
Recorder atau blockflute sudah diterima sebagai instrumen yang paling cocok untuk pendidikan/pembinaan musik di sekolah. Instrumen ini tidak mahal, tetapi merupakan alat musik yang sangat penting dan baik bila dimainkan bersama alat musik yang lain.
Alat ini sangat mudah untuk dimainkan bersama-sama oleh seluruh murid di dalam kelas. Meskipun 50 tahun yang lalu permainan recorder terbatas pada anak-anak yang lebih tua saja, sekarang siswa sekolah berusia 10 sampai 15 tahun, bahkan anak berusia 8 tahun (kelas 3 SD) sudah banyak yang bisa memainkan recorder dengan baik.
Recorder atau seruling dapat memikat hati orang karena keindahan suaranya yang nyaring, bergema, dan hangat. Dalam mitos Yunani maupun cerita kuno di Cina, negeri Barat dan Timur, terlihat adanya hubungan yang erat dan luas antara manusia dan seruling. Hubungan ini terjadi karena keistimewaan suara seruling yang dihasilkan oleh napas manusia.
Pendidikan musik memiliki makna penting, yaitu membagi rasa senang dan haru kepada para siswa saat kita bersuara, memainkan, menciptakan, dan mengekspresikannya. Begitu pula dengan suara musik, kita menanamkan sesuatu yang akan menjadi induk dari naluri mencipta yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Upaya untuk meningkatkan apresiasi dan gairah belajar serta pengajaran musik adalah tanggungjawab kita semua, khususnya para pendidik. Untuk tujuan dimaksud, maka disusunlah buku “Panduan Dasar Bermain Recorder” karya Cheppy Soemirat. Buku ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru musik di beberapa sekolah, baik SD maupun SMP swasta di Jakarta, dan juga sebagai Instruktur Recorder di Yamaha Musik Indonesia sejak tahun 1978 sampai sekarang.
Pertimbangan lain dalam menyusun buku ini adalah berdasarkan pengamatan penulis tentang masih kurangnya buku panduan bagi guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai kurikulum di sekolah, maupun para pelatih alat musik recorder pada kegiatan ekstrakulikuler. Recorder memungkinkan kita dapat bermain musik dengan sebaik-baiknya, serta tidak menutup kemungkinan untuk dapat mengembangkannya pada alat tiup lainnya seperti flute, clarinet, oboe, bahkan saxophone sekalipun.