“Di negara maju, jumlah wirausahawan mencapai 2%, sedangkan di Indonesia baru terdapat 400.000 wirausahawan,” ungkap Sudanang Dananjaya pada acara workshop, Rabu kemarin 9/4 di Teater Besar UNJ Rawamangun. “Padahal, apabila bisa mencapai sekitar empat juta, negara kita kemungkinan bisa maju,”tambahnya.
Di Indoensia, dengan tingkat penangguran yang tinggi, berwirausaha handphone menjadi peluang besar dan bisa meningkatkan income. Hanya saja kita mesti jeli bagaimana mengelola wirausaha yang kita bangun. Yaitu, di antaranya, memilih lokasi yang tepat dan strategis. “Misalnya, di tempat pemberhentian angkutan umum, di dekat Bank BCA, dekat Alfamart, dan di persimpangna jalan,” jelas pemilik dan pembina Lembaga Pendidikan Teknologi Terapan Indonesia (LPTTI) ini.
Selain itu, untuk menjadi wirausahawan kita mesti memiliki mental yang kuat, sebagimana dijelaskan oleh penulis buku Panduan Menjadi Teknisi Handphone (Kawan Pustaka, 2006), menjawab pertanyaan peserta mengenai pengelolaan wirausaha handphone yang kian hari makin ramai.
Namun, kita juga harus memiliki keterampilan tambahan dalam berwirausaha di bidang ini. Terutama, memiliki keterampilan memperbaiki handphone. Dengan begitu, income kita akan bertambah. Jadi, tidak hanya mengandalkan keuntungan hasil penjualan voucher.
Keuntungan memiliki handphone sangat besar sekali, bisa meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar 3%. Sebut saja, apabila seorang tukang ojek sekalipun, ia bisa mendapatkan pesanan dari orang-orang sekitar yang membutuhkan transportasi ojek. Sedangkan, bagi yang tidak memiliki handphone, ia hanya akan mengandalkan penumpang yang lewat di depannya atau terlebih dahulu harus berputar-putar mencari penumpang.
Pada workshop ini, dijelaskan juga sekilas bagaimana memperbaiki handphone sebagaimana yang terdapat di dalam buku. Misalnya, ketika handphone jatuh ke dalam air dan mengenali permasalahan ketika batere handphone diganti, handphone tidak bisa menyala.